Tuesday, September 06, 2005

Teori Relatifitas

Pengantar

Einstein adalah sebuah nama yg terlintas di benak saya ketika mendengar hal di atas. Relatifitas sering digunakan utk menjelaskan ketergantungan atas pendefinisian/ identifikasi suatu hal thd hal lainnya yg menjadi konteks acuan. Oleh karena itu, mudah sekali tersesat dalam rimba relatifitas ini manakala pendefinisian dan konteks acuan tidak terintegrasi. Pada kenyataannya, integrasi adalah hal yg terlalu sempurna utk didapatkan manakala relatifitas ini berada dalam dunia manusia yg serba tidak sempurna.

Realitas

Suatu hari minggu pagi saya berjalan-jalan ke pasar kaget dekat rumah. Area yg aslinya merupakan areal ruko dan tempat orang biasa berolah raga pagi di akhir minggu ini berubah menjadi areal pedagang kaki lima baik yg pro maupun yg amatiran. Dari yang sistem gelar tikar, tanggungan, gerobak, sampai mobil sebagai alat pajangan barang dagangan, semua tumpah ruah di areal tsb. Mata saya kemudian terhenti ke sebuah pojok dimana seorang kakek dgn bakul tanggungannya sedang menjajakan pisang. Ya, hanya pisang mentah tepat seperti ketika dipetik dari kebun. Sekian waktu saya perhatikan beliau dgn topi jeraminya hanya menoleh ke kanan-kiri tanpa ada satu transaksi pun utknya. Pisang di bakulnya tampak masih penuh. Saya tidak tahu apakah beliau sudah mendapatkan transaksi atau belum pagi ini. Harapan saya adalah apapun yg terjadi beliau diberikan kemampuan utk mendapatkan rizki baginya dan keluarganya.

Hikmah

Teori relatifitas menunjukan pentingnya hubungan pendefinisian dan konteks acuannya. Pisang adalah hal yg nyata, jelas dan pasti nilai, fungsi serta manfaatnya, bahkan bagi seseorang yg tidak menyukainya sekalipun. Dgn demikan pisang bagaimanapun pasti akan menjadi sesuatu yg selalu diminati dan memiliki permintaan (demand). Namun dalam konteks pasar kaget di atas, pisang tampak menjadi sesuatu yg kurang bernilai dan diminati mengingat motivasi pembeli, barang dagangan yg tersedia, waktu, lokasi dll.

Indonesia, sbg sebuah kawasan yg sering disebut jamrud katulistiwa dgn segala kekayaan alam dan kesuburan tanahnya, menjanjikan kehidupan yg layak bagi umat yg mendiaminya. Namun dalam konteks dunia manusia, ternyata hal ini tidaklah selalu tepat seperti nilai objektifnya, atau dgn kata lain segalanya relatif.
---
Salam,
# ./

0 Comments:

Post a Comment

<< Home